Artikel Industri : Industri Manufaktur Setor Pajak Rp 103 Triliun

Oleh : Ardan Adhi Chandra – detikFinance

Industri Manufaktur Setor Pajak Rp 103 Triliun

Jakarta – Industri pengolahan masih memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan pajak berdasarkan sektor usaha utama pada periode Januari-April 2018. Sumbangan sektor manufaktur ini mencapai Rp 103,07 triliun dengan mencatatkan pertumbuhan double digit sebesar 11,3%.

“Industri pengolahan memiliki andil yang cukup besar dalam menyumbangkan pajak nonmigas setiap tahunnya. Jadi, pelaku industri telah menunjukkan kepatuhannya terhadap wajib pajak,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Sabtu (19/5/2018).

Kontribusi penerimaan pajak selanjutnya, diikuti dari sektor perdagangan yang mencapai Rp 76,41 triliun dan pertambangan Rp 28,51 triliun, Selain itu, sumbangan dari sektor konstruksi dan real estat sebesar Rp 23 triliun, transportasi dan gudang Rp 14,49 triliun, serta pertanian Rp 7,47 triliun.

Terjadinya pertumbuhan pada penerimaan pajak dari sektor industri pengolahan membuktikan bahwa adanya peningkatan produktivitas manufaktur. Capaian tersebut sejalan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan, industri pengolahan besar dan sedang di dalam negeri nampak menggeliat pada triwulan I-2018.

Sektor manufaktur mencatatkan peningkatan produksi sebesar 0,88% dibandingkan triwulan IV-2017 (quarter to quarter/qtq) atau tumbuh 5,01% dari triwulan I-2017 (year on year/yoy). Bahkan, pertumbuhan tahunan produksi manufaktur besar dan sedang pada tiga bulan awal tahun ini mampu mengungguli pertumbuhan pada triwulan I-2016 sebesar 4,13% (yoy) dan triwulan I-2017 sebesar 4,46% (yoy).

Sektor-sektor industri manufaktur besar dan sedang, yang mengalami kenaikan tertinggi pada triwulan I-2018 dibandingkan triwulan I-2017 (yoy), yaitu industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki naik sebesar 18,87%, industri mesin naik 18,48%, industri pakaian jadi naik 17,05%, industri alat angkutan naik 14,44%, serta industri makanan naik 13,93%.

Pada kuartal pertama tahun ini, industri pengolahan non migas masih memberikan kontribusi terbesar dengan mencapai 17,95% terhadap PDB nasional. Sementara itu, industri pengolahan non migas tumbuh sebesar 5,03% pada kuartal I-2018 atau meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2017 sekitar 4,80%.

Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah industri mesin dan perlengkapan sebesar 14,98%n. Selanjutnya, industri makanan dan minuman yang menempati angka pertumbuhan hingga 12,70%.

“Dengan daya beli masyarakat yang terus berangsur membaik, industri jadi semakin optimistis untuk menggenjot produksinya,” ungkap Airlangga.

Selain itu, pertumbuhan disebabkan oleh beberapa faktor lainnya, seperti meningkatnya indeks manajer pembelian (PMI) dan kenaikan harga komoditas.

Sektor manufaktur yang kinerjanya gemilang di atas PDB nasional, antara lain industri logam dasar 9,94%, industri tekstil dan pakaian jadi 7,53%, serta industri alat angkutan 6,33%.

Di samping itu, Airlangga menegaskan, pihaknya juga terus mendorong peningkatan ekspor produk manufaktur guna menggenjot pertumbuhan ekonomi nasional. Contohnya, sejumlah produk industri manufaktur Indonesia yang diekspor secara langsung atau direct call ke Amerika Serikat dengan menggunakan kapal kontainer berukuran besar…

Selengkapnya dapat dibaca disini (source) : https://finance.detik.com/industri/…