oleh : Leo Dwi Jatmiko
Upaya Memajukan Startup Indonesia, Akses Internet Lebih Penting Daripada 5G
Fonder & CEO Botika, Ditto Anindita mengatakan bahwa jangkauan internet yang luas dan merata yang dibangun oleh operator sangat membantu dalam pengembangan bisnis Botika.
Botika merupakan sebuah perusahaan rintisan atau startup yang fokus pada sektor korporasi. Botika menawarkan robot percakapan yang dapat menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh para pelanggan kepada korporasi.
“Karena Botika menyediakan chatbot yang membantu customer service yang datang dari chat, maka tanpa adanya layanan internet, pelanggan lebih susah dilayani dengan cepat dan efisien karena kanal yang bisa digunakan jadi hanya panggilan telpon atau datang ke kantor layanan terdekat,” kata Ditto kepada Bisnis.com, akhir pekan lalu.
Adapun untuk teknologi 5G, kata Ditto, dibutuhkan untuk pengembangan layanan Botika di bidang speaker cerdas dan Internet of Things, karena kecepatan dan pita lebar yang bisa digunakan.
Dengan adanya internet cepat 5G, maka pertukaran data yang besar seperti audio dan video menjadi lebih cepat.
Co-Founder & CEO CAKAP, Tomy Yunus mengatakan bahwa kecepatan internet yang ada saat ini, sudah cukup dalam mendukung aktivitas kegiatan belajar mengajar melalui aplikasi.
Bahkan dengan kecepatan 2 Mbps yang didapat dari Palapa Ring, proses pemanggilan video atau video call berjalan lancar.
Adapun yang dibutuhkan saat ini, katanya, untuk memperluas pangsa pasar bisnis CAKAP adalah cakupan internet.
Cakap merupakan perusahaan rintisan pengembang aplikasi belajar online bahasa asing, Cakap menggunakan metode Grammar Translation, Audio-Lingual dan Direct Tutoring dalam memberikan materi kepada para pesertanya.
“Makin luas maka cakupan marketnya makin bagus tetapi untuk speednya sudah cukup jadi tidak butuh sampai 5G,” kata Tomy.
Meskipun beberapa perusahaan rintisan membutuhkan cakupan yang luas, sayangnya kondisi saat ini yang terjadi di Indonesia justru sebaliknya.
OpenSignal, sebuah perusahaan swasta yang mengkhususkan diri dalam pemetaan cakupan nirkabel, menyampaikan bahwa wilayah pedesaan di Indonesia belum terlalu banyak tersentuh jaringan 4G.
Operator cenderung mengincar pembangunan jaringan di daerah dengan penduduk padat karena menguntungkan secara komersial. Tren tebang pilih bangun jaringan, juga terjadi di negara tetangga seperti di Filipina dan Malaysia.
Peneliti OpenSignal, Hardik Khatri mengatakan bahwa meskipun sejumlah pihak mengklaim jaringan 4G telah…
Selengkapnya dapat dibaca disini (Source) :
https://teknologi.bisnis.com/read/…
|