Artikel Industri : Lawan Kampanye Hitam Sawit, Indonesia Bakal Perkuat Industri Hilir

Penulis: Selfie Miftahul Jannah – detikFinance

Lawan Kampanye Hitam Sawit, Indonesia Bakal Perkuat Industri Hilir

Jakarta – Untuk melawan kampanye hitam yang dilakukan oleh Uni Eropa terkait ekspor sawit Indonesia, pemerintah akan memperkuat industri hilir di dalam negeri. Dari hasil penelusuran detikFinance, produksi sawit Indonesia per Januari hingga Mei 2018 mencapai 18,2 juta ton.

Karena penjualan sawit mentah RI dilarang maka pemerintah mengatur strategi untuk menguatkan industri hilir sebagai industri pengolahan sawit untuk diproduksi ke berbagai macam produk olahan. Seperti, minyak goreng, kosmetik, sabun, detergen biodisel, obat-obatan, pelumas sampai cat.

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjajaran (Unpad) yang juga Peneliti Lembaga Pengkajian, Penelitian, dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kadin Indonesia Ina Primiana menjelaskan, strategi ini dianggap merupakan jalan keluar dari adanya pelarangan impor sawit Indonesia ke beberapa negara barat dan eropa oleh Uni Eropa.

“Ini merupakan strategi dari dilarangnya sawit RI masuk ke pasar Uni Eropa, kalau industri hilir yang bertugas untuk mengolah sawit di dalam negeri bisa mengirimkan produk olahan sawit dalam bentuk yang berbeda untuk di ekspor keluar,” kata dia dalam forum diskusi mewakli tim peneliti dari Kementerian Perindustrian, di Gedung Garuda Kementerian Perindustian, Jakarta Selatan, Selasa (21/8/2018).

Ia menjelaskan, jika dibandingkan harga CPO yang bisa dijual mentah hanya seharga US$ 800- 1.000/ton atau setara 14.500.000. Namun, jika minyak sawit diolah untuk kebutuhan produksi minyak goreng, harganya akan bertambah menjadi US$ 1.000-1.400/ton atau setara Rp 20.300.000.

Sementara itu minyak yang diolah untuk menjadi gliserin, asam lemak, fatty alcohol, methyl ester, minyak sawit akan memiliki harga US$ 1.400- 2.000 atau setara Rp 29.000.000.

Kemudian jika minyak sawit diolah untuk kebutuhan surfaktan, sabun logam, lubrikan alami, resin azelat, biopoliol dan asam dimer maka sawit akan memiliki harga US$ 2.000-3.000 atau setara Rp 43.000.000.

Kemudian jika minyak sawit diolah untuk kebutuhan kosmetik, sabun, detergen biodisel, obat-obatan, pelumas, biodisel, pelumas sampai cat maka minyak memiliki nilai US$ 3.000-4.000 atau setara Rp 58.000.000.

Sementara itu
Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional, (KPAII) I Gusti Putu Suryawirawan menjelaskan saat ini pihaknya tengah lagi membahas soal pengolahan sawit dan turunannya.

“Kita berusaha agar sawit dan dan turunannya itu bisa diolah dan dijual ke luar negeri. Tapi kita tengah kaji apakah barang itu bisa dijual dan tidak akan ada permasalahan nantinya,” kata dia di acara yang sama….

Selengkapnya dapat dibaca disini (Source) :
https://finance.detik.com/industri/…