[ARTIKEL INDUSTRI] Kemenperin Data Dampak Banjir ke Industri

Penulis : Arthur Gideon
Kemenperin Data Dampak Banjir ke Industri

Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Achmad Sigit Dwiwahjono menyampaikan bahwa Kemenperin tengah menunggu laporan dari pelaku industri maupun kawasan industri terkait dampak yang terjadi akibat banjir yang melanda Jakarta Bogor Depok Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).
“Kalau untuk sektor industri kan kita belum tahu laporannya seperti apa. Masih menunggu laporan dari masing-masing kawasan,” ujar Sigit dikutip dari Antara, Jumat (3/1/2019).
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyebut bencana banjir yang melanda kawasan Jabodetabek pada awal 2020 ini telah merugikan pengusaha karena kerusakan aset dan penurunan penjualan.
“Kerugian karena banjir bisa dibilang paling parah ada di ritel, karena aktivitas penjualan menjadi sangat terganggu karena banjir,” kata Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani dikutip dari Antara, Jumat (3/1/2020)..
Menurut dia, banyak pusat ritel yang aksesnya tertutup karena banjir, sehingga baik dari penjual maupun pengunjung tidak dapat melakukan kegiatan perekonomian sebagaimana kondisi normal.
Warga dievakuasi menggunakan perahu karet dari salah satu gang di Kawasan Rawajati yang tergenang banjir, Jakarta, Rabu Rabu (1/1/2020). Hujan yang mengguyur Jakarta sejak Selasa sore (31/12/2019) mengakibatkan banjir di sejumlah titik di Jakarta. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Achmad Sigit Dwiwahjono menyampaikan bahwa Kemenperin tengah menunggu laporan dari pelaku industri maupun kawasan industri terkait dampak yang terjadi akibat banjir yang melanda Jakarta Bogor Depok Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).
“Kalau untuk sektor industri kan kita belum tahu laporannya seperti apa. Masih menunggu laporan dari masing-masing kawasan,” ujar Sigit dikutip dari Antara, Jumat (3/1/2019).
Dia memprediksi, dampak yang ditimbulkan akibat banjir di Jabodetabek tidak bersifat nasional, sehingga manufaktur masih akan berjalan dengan baik.
Pada prinsipnya, lanjut dia, pembangunan kawasan industri akan memperhitungkan pedoman dan standar teknis kawasan untuk mengantisipasi berbagai peristiwa, termasuk banjir, sejak awal pembangunannya.
“Zona-zona industri biasanya dibangun jauh dari aspek-aspek bencana alam, misalnya banjir dan gempa,” ujarnya.
Dengan demikian, ia meyakini bahwa kawasan industri yang ada akan tetap beroperasi sebagaimana mestinya.
Hal senada disampaikan Ketua Himpunan Kawasan Industri (HKI) Sanny Iskandar yang menyampaikan bahwa kawasan industri relatif aman dari dampak banjir.
“Sejauh ini tidak ada anggota HKI yang melaporkan adanya dampak dari banjir terhadap kawasan industri yang dikembangkan,” katanya.
Menurut dia, kawasan industri yang baik memiliki sistem drainase yang sudah diperhitungkan untuk menghadapi banjir.

Sektor Ritel Paling Terpukul Akibat Bencana Banjir
Kondisi Mall Cipinang Indah yang terendam air saat banjir melanda, Jakarta Timur, Rabu (1/1/2020). Selain merendam permukiman warga, banjir kali ini juga melumpuhkan Mal Cipinang Indah yang terpaksa ditutup akibat terendam air. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyebut bencana banjir yang melanda kawasan Jabodetabek pada awal 2020 ini telah merugikan pengusaha karena kerusakan aset dan penurunan penjualan.
“Kerugian karena banjir bisa dibilang paling parah ada di ritel, karena aktivitas penjualan menjadi sangat terganggu karena banjir,” kata Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani dikutip dari Antara, Jumat (3/1/2020)..
Menurut dia, banyak pusat ritel yang aksesnya tertutup karena banjir, sehingga baik dari penjual maupun pengunjung tidak dapat melakukan kegiatan perekonomian sebagaimana kondisi normal.
“Ditambah lagi bila banjir sampai masuk ke pusat perbelanjaan,” tukas Shinta.
Selain itu, lanjut dia, untuk sektor perhotelan diprediksi juga terkena dampak, meskipun skalanya relatif kecil, karena pada umumnya penjualan kamar hotel sudah terjadi sebelum masa liburan akhir tahun.
“Namun, ini berdampak pada kenyamanan pengunjung dan turis sehingga dampak kerugian nonmaterinya menjadi besar untuk industri perhotelan,” ujar Shinta.
Pada sektor logistik, kerugian yang diprediksi juga tinggi, karena perusahaan angkutan tidak dapat beroperasi selama sarana transportasi tergenang air.

Sumber (Source) :
https://www.liputan6.com/…