Presiden Joko Widodo menunjuk Airlangga Hartarto sebagai Menteri Perindustrian (Menperin) menggantikan Saleh Husin. Lulusan Fakultas Teknik UGM dan aktivis Kosgoro 1957 itu memiliki kompetensi dalam bidang strategi clustering dalam industrialisasi yang sangat berguna untuk membenahi industri Indonesia yang saat ini kondisinya belum menggembirakan.

Airlangga Hartarto memiliki prinsip diri yang bersumber kepada ajaran Mahatma Gandhi tentang tujuh hal yang harus dihindari, yakni kaya tanpa bekerja, kesenangan tanpa kesadaran, pengetahuan tanpa karakter, bisnis tanpa moral, ilmu tanpa kemanusiaan, penghargaan tanpa pengorbanan, dan politik tanpa prinsip.

Prinsip itulah yang mewarnai perjalanan kariernya sebagai politisi, anggota parlemen, dan sebagai pengurus Persatuan Insinyur Indonesia (PII). Reshuffle Kabinet Kerja jilid II hendaknya menjadi momentum untuk reinventing sumber daya alam (SDA) terkait industrialisasi, khususnya pembenahan industri pengolahan atau manufacturing industry.

Strategi untuk membangkitkan industri nasional sebaiknya lebih relevan dengan kondisi dan tantangan era kini. Kebangkitan itu harus bisa mengubah kondisi inferior menjadi unggul. Dalam konteks industri pengolahan, keunggulan itu berupa peningkatan nilai tambah ekonomi lokal secara signifikan dan dirasakan langsung oleh rakyat luas.

Rakyat hanya bisa mengelus dada melihat berbagai produk, termasuk mesin-mesin produksi untuk keperluan industri pengolahan, sebagian besar diimpor, utamanya dari Tiongkok. Sedangkan inovasi teknik mesin di negeri ini pada saat ini baru sebatas kegiatan di bengkel-bengkel kecil. Pemerintahan Jokowi harus memeras pikiran guna mencari solusi terkait dengan peningkatan eksploitasi SDA secara besar-besaran yang selama ini berlangsung dengan terpuruknya daya saing sektor industri nasional…

Selengkapnya dapat dibaca disini : http://id.beritasatu.com/home/airlangga-hartarto-dan-agilitas-industri/147738